A.
Usman bin Affan
Sebelum Masuk Islam
Utsman
dilahirkan di Mekkah pada tahun 573 masehi bertepatan dengan tahun ke enam dari
kelahiran nabi SAW. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abul As bin
Umayyah bin Abdu Syams. Usman bin Affan berasl dari kabilah Bani Umayyah. Pada
masa itu, Usman bin Affan menjalankan kafilah dagang bersama kerabatnya dari
Bani Umayyah.
Utsman adalah
saudagar sukses yang berlimpah kekayaan harta. Namun, meski demikian beliau
dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau
begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya. Ketika itu ia sudah
bersahabat dekat dengan Abu Bakar as-siddiq. Sebagai sesama pedagang, mereka
sering berhubungan dalam menjalankan usahanya.
B.
Usman bin Affan
Setelah Masuk Islam
Utsman bin Affan
termasuk golongan yang awal masuk Islam atau as-sabiqunal awwalun. Ia menerima
ajaran islam berkat ajaran bu Bakar as-Siddiq. Dengan harta kekayaannya, Usman
bin Affan membantu perjuangan dakwah Islam. Ketika budak-budak yang masuk Islam
disiksa oleh tuannya, ia memerdekakan beberapa orang diantara mereka.
Dibandingkan
sahabat-sahabat yang lain, Usman bin Affan memiliki sifat-sifat yang berbeda.
Sifat-sifat tersebut antara lain:
1.
Rasa
malu
Tidak seorang
pun diantara sahabat Nabi Muhammad SAW, yang memiliki rasa malu seperti Usman
bin Affan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Nabi Muhammad SAW,
bersabda, ”Tidaklah engkau malu pada seorang lelaki di mana Malaikat pun sangat
malu kepadanya.”
2.
Pemurah
Usman bin Affan
adalah orang yang sangat dermawan. Tidak seorang pun dari orang Quraisy yang
lebih dermawan dari’nya.
Usman bin Affan
menikah dengan dua putri Nabi Muhammad SAW, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kalsum. Ia
menikah dengan Ummu Kalsum setelah Ruqayyah meninggal. Oleh karena itu Usman
bin Affan mendapat julukan zu nurain atau memiliki dua cahaya.
Ketika tantangan
kaum kafir Quraisy semakin berat, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum muslimin
kaum muslimin hijrah ke Habsyah. Pada waktu itu, Usman bin Affan juga berhijrah
dengan istrinya, Ruqayyah beserta sahabat-sahabat yang lain. Pada waktu kaum
muslimin hijrah ke Madinah, Usman bin Affan juga mengikutinya. Ia rela
meninggalkan harta bendanya di Mekkah utuk berhijrah ke Madinah. Setelah itu,
ia tidak pernah tertinggal dalam perjuangan membela Islam.
Pada tahun 6 H
(627 M), Nabi Muhammad SAW, menerima perintah untuk mengerjakan ibadah haji.
Kaum muslimin kemudian berangkat menuju Mekkah. Dalam perjalanan menuju Mekkah
terjadi kesalah pahaman. Kaum Quraisy Mekkah mengira bahwa kaum muslimin akan
menyerang meraka. Oleh karena itu, kaum Quraisy segera melakukan persiapan
perang. Mengetahui hal itu, Nabi Muhammad SAW segera mengirimkan utusan untuk
menjelaskan bahwa kedatangan mereka bemaksud damai. Kaum muslimin semata-mata
hanya ingin menunaikan ibadah haji. Salah satu utusan itu adalah Usman bin
Affan. Peperangan berhasil dihindarkan dan Perjanjian Hudaibiyah yang sangat
termasyhur.
Ketika terjadi
Perang Tabuk pada tahun 631 M, Usman bin Affan menanggung sepertiga biaya
perang. Ketika itu, kaum Muslimin enggan untuk berangkat perang. Hal itu
disebkan cuaca yang panas dan terik. Usman bin Affan menyumbangkan 950 ekor
unta, 50 ekor kuda, dan uang uang 1.000 dinar sebagai biaya perang. Akhirnya
kaum muslimin berhsil memperoleh kemenangan terbesar dalam perang tersebut.
Nabi Muhammad SAW. Kemudian bersabda, “Tidak ada yang membahayakan Usman bin
Affan, apa pun yang dia lakukan sesudah ini.”
Usman bin Affan
ikut berperan penting dalam pemerintahan Abu Bakar as-Siddiq dan Khalifah Umar
bin Khattab. Ia merupakan penasihat yang utama dalam masa pemerintahan
keduanya. Usman bin Affan juga merupakan salah satu dari sepuluh orang yang
mendapat jaminan surga dari Nabi Muhammad SAW. Beliau pernah bersabda,
”Sesungguhnya tiap nabi akan teman dan temanKu di surga adalah Usman bin
Affan.”
C.
Masa
Pemerintahan Usman bin Affan
Ketika Umar bin
Khattab sedang sakit, ia menunjuk Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah
bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas
untuk memilih saah satu di antara mereka sebagai khalifah. Pada waktu itu,
Talhah bin Ubaidillah tidak ada di rumah. Kelima orang itu bersepakat
mengangkat Usman bin Affan menjadi khalifah. Musyawarah itu berlangsung di
rumah Abdurrahman bin Auf, pada waktu itu Usman bin Affan berusia 70 tahun.
Secara umum,
masa pemerintahan Usman bin Affan meliputi dua periode yang masing-masing
berlangsung selama enam tahun. Periode enam tahun pertama ditandai berbagai
keberhasilan dan kejayaan. Periode enam tahun kedua ditandai oleh perpecahan,
pergolakan, dan pemberontakan dalam negeri.
Pada tahun-tahun
pemerintahannya Usman bin Affan meneruskan kebijaksanaan pendahulunya, Umar bin
Khattab. Ketika itu, Umar bin Khattab berpesan agar wali (gubernur) yang di
angkatnya jangan diganti atau dipindahkan dalam jangka waktu setahun.
Hal itu
dimaksudkan agar tidak terjadi keguncangan dan gangguan keamanan. Berdasarkan
pesan itu, Usman bin Affan mengukuhkan beberapa gubernur di beberapa wilayah,
yaitu:
1. Amru
bin As Gubernur Mesir dan Syam;
2. Mu’awiyah
bin Abu Sufyan sebagai Gubernur Irak yang juga meliputi wilayah Azerbaijan dan
Armenia;
3. Abu
Musa al-Asy’ari sebagai Gubernur Iran yang mencakup Khurasan dan Basra.
Usman bin Affan
benar-benar melaksanakan pesan Umar bin Khattab itu. Pada tahun berikutnya,
barulah Usman bin Affan mengganti atau memutasikan pejabat-pejabat bawahannya.
Selain itu, seiring berkembangnya wilayah Islam, Usman bin Affan juga
mengangkat pejabat-pejabat baru. Kecuali yang disebut diatas, pejabat-pejabat
pada masa Usman bin Affan merupakan kerabatnya dari Bani Umayyah. Yang paling
terkemuka diantara mereka ialah Marwan bin Hakam, saudara sepupu Usman bin
Affan. Ia diangkat menjadi sekretaris negara.
Kebijakan itu
telah mendapat tanggapan yang kurang baik. Hal itu dikarenakan Marwan bin Hakam
menjadi tokoh yang lebih menentukan dibanding Usman bin Affan sendiri. Usman
bin Affan seakan menjadi boneka didepannya.
Sejak itu,
permasalan kebijakan perbandaharaan negara mulai muncul. Menurut Usman bin
Affan, khalifah mempunyai wewenang untuk menggunakan kekyaan umum bagi
kemaslahatan umat. Selama memangku jabatan, khalifah berhak mengatur
kepentingan kaum muslimin. Sikap ini membedakannya dari dua khalifah
sebelumnya.
D.
Perluasan
Wilayah Islam
Pada masa Usman
bin Affan, kaum muslimin melanjutkan penaklukan-penaklukan. Usman bin Affan
melanjutkan kebijakan Umar bin Khattab. Penaklukan itu berlangsung melewati
jalur darat dan laut.
Ancaman terbesar
waktu itu datang dari Bizantium. Mereka sering kali menyerang daerah perbatasan
pantai muslim di Suriah dan Mesir. Pada tahun 646 M, pasukan Bizantium berhasil
menduduki Iskandariah. Akan tetapi Amr bin As yang menjabat sebagai gubernur
Mesir berhasil mengusir mereka kembali. Pada tahun 651 M, pasukan Bizantium
kembali menyerbu Mesir. Abdullah bin Abi Sarah yang menggantikan Amru bin As
sebagai gubernur berhasil mengalahkan mereka. Keadaan ini menyadarkan Usman bin
Affan bahwa kaum muslimin memerluakan sebuah angkatan laut yang kuat. Usman bin
Affan kemudian memerintahkan Mu’awiyah bin Abu Sufyan untuk membentuk angkatan
laut yang berkemampuan tinggi. Dengan dukungan angkatan laut tersebut, kaum
muslimin berhasil memperluas wilayahnya.
Beberapa
panglima perang yang terlibat dalam perluasan wilayah Islam adalah sebagai
berikut :
1.
Abdullah
bin Abi Sarah
Ia merupakan
pengganti Amru bin As sebagai Gubernur Mesir. Ketika pasukan Bizantium menyerbu
Mesir pada tahun 651 M, ia berhasil mengusir mereka. Setahun berikutnya,
Abdullah bin Abi Sarah menyiapkan pasukan Bizantium. Ia berhasil merebut
pangkalan mereka di Tarablis (tripoli). Gubernur Bizantium disana yang bernama
Gregorius berhasil di kalahkan pada tahun 652 M.
2.
Mu’awiyah
bin Abu Sufyan
Ia adalah putra
dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh Quraisy yang terkenal dari Bani
Umayyah. Mu’awiyah bin Abu Sufyan berhasil membentuk angkatan laut yang
tangguh. Ia bertempur melawan pasukan Bizantium di Pantai Kalkilia. Perang itu
merupakan perang laut yang pertama bagi kaum muslimin dan terkenal dengan nama
Perang Zatu SAWri. Dengan bantuan Abdullah bin Abi Sarah, ia berhasil menguasai
Amuriyah dan Pulau Siprus pada tahun 33 H (653 M). Dalam perang itu, Kaisar
Konstantin terbunuh.
3.
Umair
bin Usman
Pada tahun 29 H
(649 M), ia berhasil menguasai Fergana.
4.
Abdullah
al-Laisi
Ia berhasil menguasai
Kabul.
5.
Abdullah
at-Tamimi
Ia memimpin
pasukan muslim menguasai Hindustan. Daerah tersebut semula dikuasai orang-orang
Hindu.
6.
Sa’id
ibnu As
Ia berhasil
menguasai Jurjan.
7.
Abdullah
bin Amir
Ia memimpin
pasukan muslimin menghadapi pemberuntakan Yazdajird. Ia ialah Kaisar Persia
yang dikalahkan Umar bin Khattab. Ia mengorbankan perlawanan di Kirman. Ketika
terdesak ia melarikan diri ke Khurasan. Akhirnya, Yazdajird terbunuh disana.
Beberapa wilayah yang melanggar kesepakatan dengan kaum musimin di tundukkan
oleh Abdullah bin Amir.
E.
Menyusun Mushaf
Al-Qur’an
Terus
berkembangnya wilayah Islam membuat pemeluk agama islam makin bertambah.
Disetiap wilayah yang baru, di situ pula Al-Qur’an ditinggalkan. Bahkan, tidak
hanya tulisannya yang di tinggalkan, tetapi juga penghapalnya. Tulisan
Al-Qur’an yang ditinggalkan itu beragam bentuknya, susunan surah-surahnya dan
dialeknya. Hal itu menimbulkan banyak perselisihan, perpecahan dan pertengkaran
dikalangan umat islam.
Orang yang
mula-mula menaruh perhatian terhadap hal ini adalah Huzaifah bin Yaman. Ia
kemudian mengusulkan Usman bin Affan agar menyelesaikan masalah ini. Langkah
awal yang dilakukan oleh Usman bin Affan adalah meminta kumpulan naskah
Al-Qur’an yang disimpan oleh Hafsah binti Umar. Naskah ini merupakan suatu
kumpulan tulisan Al-Qur’an yang berserakan pada masa Abu Bakar as-Siddiq. Usman
bin Affan kemudian membentuk sebuah panitia penyusun Al-Qur’an.
F.
Peristiwa Fitnah
Peristiwa ini
terjadi pada periode keduapemerintahan Usman bin Affan. Sebab terjadi peristiwa
itu adalah sebagai berikut:
1.
Kebijakan
Usman bin Affan yang mengangkat kerabat-kerabatnya dari Bani Umayyah sebagai
pejabat pemerintahan menaimbaulkan rasa iri dari kaum muslimin. Mereka melihat
bahwa Bani Umayyah mempunyai kedudukan yang tingggi dalam pemerintahan. Meraka
juga memiliki hak –hak istemewa dan kekayaan yang belimpah. Padahal, Bani
Umayyah orang-orang yang terakhir menerima Islam. Banyak dari mereka menerima
islam berdasarkan keuntungan duniawi. Mereka menyadari mereka akan tetap kalah
apabila mereka masih tetap memnyembah berhala. Beberapa pejabat dari Bani
Umayyah menunjukkan periaku yang tidak baik. Hal itu ditunjukkan oleh Walid bin
Uqbah, Gubernur Irak. Ia datang kemesjid dalam keadaan mabuk. Keadaan itu
memunculkan perlawanan terbuka. Pada tahun 30 H, Walid bin Uqbah menjatuhkan
hukuman mati kepada tiga pemuda yang membunuh Ibnu Haisuman al-Khuza’i. Hukum
mati itu mengundang kemarahan Bani Azad, keluarga pemuda yang dihukum.
2.
Hilangnya
pengaruh kaun Ansar Madinah dan Bani Hasyim juga menjadi sebab yang penting.
Kedua golongan tersebut kehilangan hak-hak mereka dalam urusan pemerintahan.
Hal itu menyebabkan kedua golongan tersebut Bani Umayyah.
3.
Pengangkatan
Mawan bin Hakam sangat tidak disukai oleh masyarakat muslim. Ia adalah orang
yang sangat mementingkan diri sendiri. Ia juga merencanakan agar Bani Umayyah
dapat menguasai pemerintahan Islam.
4.
Kesederhanaan
dan kemurahan hati Usman bin Affan menjadi penyebab bencana bagi dirinya. Ia
terlalu mempercai Marwan bin Hakam. Hal itu membuat pemerintahan makin buruk.
Akibatnya, banyak orng yang membuat kerusuhan di daerah. Seharusnya Usman bin
Affan mampu mengatasi hal itu dengan kekerasan dan ketegasan. Akn tetapi, ia
tidak melakukan hal itu krena kelembutan hatinya.
5.
Pembuangan
Abu Darda al-Ghifari telah membangkitkan kemaran kaum muslimin. Abu Darda
al-Ghifari adalah orang yang sangat saleh. Ia membela kepentingan rakyat kecil.
Ia telah mendesak Gubernur Suriah agar mewajibkan orang-orang kaya menyisihkan
sebagian hartanyabagi kepentingan kaum miskin. Akan tetapi, Mu’awiyah bin Abu
Sufyan melporkannya sebagai penghasut kepada Usman bin Affan. Akhirnya, ia
dibuang dan dikucilkan di Desa Rabadah.
6.
Kaum
munafik telah menyebarkan fitnah dan hasutan. Mereka dipimpin oleh Abdullah bin
Saba’. Ia adalah seorang Yahudi yang berasal dari Yaman dan berpuara-pura masuk
Islam. Ia menghasut kaum muslimin agar memberptak kepada khalifah.
Keadaan itu menyebabkan
kaum muslimin menjadi kacau. Dikota Kufah dan Basrah, rakyat menentang
gubernur-gubernur yang diangkat oleh Usman bin Affan. Di Mesir, Abdullah bin
Saba’ mendakwahkan hak Ali bin Abi Thalib yang sah untuk menjabat sebagai
khalifah. Ia menyebarkan pemikiran Yahudi tentang Mesiah. Abdullah bin Saba’
menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib akan datang sebagain al-Mahdi atau
penyelamat dunia.
Pemberontakan
pertama pecah di Mesir. Mereka mengusir gubernur. Kemudian, sekitar 600 orang
pemberontak datang ke Madinah. Dalam perjalanan, para pemberontak dari Kuffah
dan Basrah ikut bergabung. Mereka mengamukakan keluhan-keluhan terhadap Usman
bin Affan. Keluhan itu ditanggapi oleh Usman bin Affan dengan mengangkat Muhammad
bin Abu Bakar sebai Gubernur yang baru. Para pemberontak itu kelihatannya puas
dan kembali kedaerah masing-masing.
G.
Wafatnya Usman
bin Affan
Setelah para
pemberontak itu kembali ke daerah masing-masing, tampaknya permasalahan sudah
selesai. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka mereka malah
kembali lagi ke Madinah. Ali bin Abi Thalib mencegah mereka agar tidak
melakukan keonaran. Ali bin Abi Thalib menanyakan kepada mereka mengapa kembali
ke Madinah. Mereka berkata bahwa mereka telah mencegat seorang pembantu khusus
Usman bin Affan yang membawa sepucuk surat kepada Gubernur Mesir, Abdullah bin
Abi Sarah. Surat itu ditulis oleh Marwan bin Hakam yang meminta Abdullah bin
Abi Sarah untuk membunuh mereka setibanya di Mesir.
Oleh karena itu
para pemberontak meminta Usman bin Affan menyerahkan Marwan Bin Hakam. Tuntutan
itu tidak bisa dipenuhi Usman bin Affan. Mereka kemudian mengepung rumah
khalifah. Pada saat yang berbahaya itu, sahabat dan kerabat Usman bin Affan
telah meninggalkannya. Pada tanggal 17 Juni 656 M (35 H), para pemberontak
menyerbu rumah Usman bin Affan. Mereka membunuh Usman bin Affan yang sedang
membaca Al-Qur’an. Usman bin Affan meninggal sebagai syahid pada usia 82 tahun.
Pemerintahannya berlangsung selama 12 tahun.
Terbunuhnya
Usman bin Affan akibat-akibat yang merugikan Islam. Beberapa akibat ter sebut
adalah sebagai berikut :
1. Pembunuhan
Usman bin Affan membangkitkan semangat kesukuan Arab yang telah lama hilang
sebagai hasil ajaran Nabi Muhammad SAW.
2. Peristiwa
tersebut memecahkan kesatuan umat Islam. Bani Umayyah dan Bani Hasyim menjadi
dua golongan yang bersaing dan bermusuhan. Demikian juga kaum Ansar Madinah dan
Bani Umayyah Mekkah.
3. Kota
Madinah kehilangan kedudukannya sebagai pusat kekhalifahan. Osisi iitu bergeser
ke Kufah dan Damaskus. Kaum ansar juga kehilangan kedudukan mereka dalam
pemerintahan.
4. Gerakan
perluasan wilayah Islam mengalami kemunduran. Hal itu disebabkan
kesulitan-kesulitan yang timbul dalam pemerintahan.
5. Peristiwa
yang menyebabkan pecahnya perang saudara dalam Islam. Perang saudara itu
kemudian memunculkan golongan-golongan dalam Islam, seperti Suni, Syi’ah, dan
Khawarij.
Demikianlah,
pembunuhan Usman bin Affan merupakan peristiwa yang sangat merugikan Islam.
Usman bin Affan termasyhur karena kesalehan dan kejujurannya. Ia sangat taqwa
dan sederhana dalam hidupnya. Kesederhanaan dan kedermawanan merupakan ciri
utama wataknya yang menonjol. Walaupun hidupnya berakhir tragis, Usman bin
Affan telah memberikan sumbangan yang berharga bagi umat Islam.